Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerpen Tema Cita - Cita, Dua Sahabat


Sekolahdasar - Cerpen Tema Cita - Cita, Dua Sahabat. Kali ini mimin sdco akan share contoh cerpen dengan tema cita - cita. Cerpen dengan judul " Dua Sahabat " Karya Arif Prayitno, S.Pd.SD. Cerpen ini bisa dijadikan bacaan untuk sumber belajar dalam pembuatan LKS, Buku Ajar dan lainya. Dengan Syarat menyertakan link induk website kami. Cerpen ini memiliki hak cipta dan buku yang berisi cerpen ini sudah ber ISBN. Akan tetapi pemilik HAK Cipta mengizinkan cerpen ini digunakan untuk kepentingan pendidikan.

Berikut Cerpen dengan Tema Cita - Cita

Dua Sahabat

Oleh: Arif Prayitno

Rumah besar yang terletak di sebelah rumah Ayu sudah lama kosong. Ayu dan teman-temannya biasa bermain aneka permainan tradisional di halaman rumah itu. Kata Ibu, hari ini rumah baru itu akan kedatangan penghuni baru. Ayu berkali-kali melongok dari jendela. Seperti apa sosok penghuni baru? Apakah Ayu dan teman-temannya masih bisa bermain di halaman rumah itu?

Namun ditunggu sampai tengah hari, rumah itu masih sepi. Ayu memutuskan untuk menyelesaikan sisa jahitan masker. Sejak pandemi, ia dan ibu membuka usaha menjahit masker. Banyak tetangga yang singgah ke rumah mereka untuk membeli masker.

Sebelum pandemi, ibu memiliki usaha menjahit pakaian. Karena pesanan semakin berkurang, ibu mencari usaha lain. Syukurlah, ada tetangga yang bersedia meminjamkan ibu gawai dan menyediakan fasilitas internet. Ayu dan ibu belajar membuat masker dari video YouTube.

Penghuni baru yang ditunggu akhirnya tiba. Suara mesin truk pembawa barang sampai ke telinga Ayu.

“Anak tetangga baru kita sangat cantik, Bu.” Ayu menyingkap sedikit tirai jendela.

Ia memperhatikan orang-orang yang menurunkan barang. Ada seorang Bapak, seorang Ibu dan seorang anak perempuan seusianya.

“Nanti Ayu bisa berteman dengan dia,” sambut Bu Ida.

Ayu mengangguk sambil tersenyum. Petang menjelang. Setelah selesai melaksanakan ibadah salat magrib, Bu Ida mengajak Ayu mengunjungi tetangga baru mereka.

“Assalamu’alaikum,” terdengar suara Ayu mengucap salam.

“Wa’alaikumussalam,” jawab seseorang dari dalam rumah.

Anak perempuan yang dilihat Ayu tadi muncul dari dalam rumah. Dia adalah Nayla, anak perempuan tetangga baru, Pak Baini dan Bu Nur.

“Kami datang untuk bersilaturahmi,” jelas Bu Ida sambil tersenyum. Ayu memberikan beberapa sisir buah pisang hasil panen dari kebun kepada Nayla.

Setelah bercengkerama cukup lama, Bu Nur menyuguhkan aneka makanan untuk Ayu dan ibunya. Wah, kelihatannya makanan itu enak-enak. Ayu sampai-sampai menelan liur.

Rumah Nayla juga sangat mewah. Semuanya terlihat mahal dan indah. Sangat jauh berbeda dengan rumah Ayu. Hanya ada perabotan ala kadarnya.

Rumah Nayla bagus, ya," ucap Ayu. "Sedangkan atap dan dinding rumah kita banyak bocornya, ya, Bu?"

"Ayu tidak boleh mengeluh. Kita harus bersyukur karena masih punya tempat tinggal," nasihat Bu Ida sambil mengelus lembut rambut Ayu.

Pak Baini dan Bu Nur saling pandang. Mereka terlihat iba begitu mendengar kondisi rumah Ayu. Apalagi setelah mengetahui kalau ternyata ayah Ayu sudah meninggal.

“Ohya, kami berencana mengganti beberapa seng atap rumah. Ada beberapa seng yang masih bisa digunakan. Besok saya minta tolong tukang rumah buat pasang seng di rumah Bu Ida, ya," tawar Pak Baini.

Bu Ida tak dapat menjawab. Ia sungguh terkejut mendengar tawaran itu. Ia tak henti mengucapkan terima kasih pada Pak Baini dan Bu Nur.       

“Alham

Esok harinya Ayu dan teman-temannya mendatangi rumah Nayla dengan takut-takut.

“Kami boleh bermain di sini, Nay?” tanya Ayu.

Mulanya Nayla terdiam, kemudian ia tersenyum.

“Tentu saja boleh. Aku malah senang kalau kalian bermain di sini.”      

Sejak hari itu Ayu dan Nayla menjadi akrab. Nayla bahkan datang ke rumah Ayu dan ikut belajar membuat masker.

“Kalau sudah dewasa kamu ingin jadi apa, Yu?” tanya Nayla sambil menjahit tali masker.

“Aku ingin membuka butik.” Ayu tertawa. “Aku melihat ibu menjahit sejak kecil. Tapi ….” Ucapan Ayu terjeda.

“Mungkin butuh waktu lama karena pasti perlu banyak biaya.”

Mendengar cerita Ayu, Nayla malah tersenyum.

“Kamu tahu tidak, Yu. Baju yang aku pakai ini beli sendiri, lo! Jam tangan ini juga!”

Ayu memperhatikan barang-barang yang Nayla kenakan dengan teliti. Tampaknya itu barang mahal.

“Kamu … bekerja di mana, Nay?” Ayu mengernyitkan alis.

Nayla malah tergelak.

Nayla lalu menjelaskan kalau ia tidak bekerja, tetapi menabung. Setiap hari ia menyisihkan uang saku yang diberikan ayah dan ibu. Ibu Nayla senang membuat kue. Sebelum pandemi, Nayla bahkan berjualan kue di sekolah.

Wow! Ayu takjub mendengar penuturan Nayla. Ia tidak menyangka Nayla yang hidup berada ternyata gemar menabung.

“Kalau aku berhemat sepertimu, pasti aku bisa mengumpulkan uang, ya. Terus nanti aku bisa buka butik, deh!” Bola mata Nayla berbinar-binar.

“Tentu saja! Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Dikit-dikit lama-lama jadi bukit! Semangat, Yu!”

Kedua sahabat itu melakukan tos. Mereka berjanji akan semakin bersemangat meraih cita-cita. (*)

Penutup Cerpen dengan Tema Cita - Cita

Itulah contoh cerpen dengan Tema Cita - cita yang bisa kami share. Semoga bermanfaat untuk yang sedang mencari referensi Cerpen dengan tema tersebut.